Sabtu, 11 Juni 2011

Ghazwul Fikri


Pengertian :
Secara bahasa : Ghazwul Fikri berasal dari kata Al Ghaz dan Fikr, artinya "Perang Pemikiran". Lebih tepat lagi kalau kita sebut "Perang Peradaban".

Secara istilah : Penyerangan dengan berbagai cara tehadap pemikiran ummat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal tidak Islami.

Kenapa lahir Ghazwul Fikri?, Ghazwul Fikri dimulai ketika Kaum Salib dikalahkan dalam 9 kali peperangan besar, mereka kalah telak oleh kaum muslimin. Kemenangan kaum muslimin ini sangat spektakuler karena pasukan yang diterjunkan dalam pertempuran tersebut berjumlah sedikit. Mislanya, pasukan Khalid bin Walid pernah memimpin perang dengan jumlah tentaranya sekitar 3000 paukan, sedangkan pasukan Romawi yang dihadapinya berjumlah 100.000 pasukan.
Hampir 1 banding 35, dan kaum muslimin memenangkan pertempuran ini.

Perang-perang yang lain juga demikian. Akhirnya dunia barat berpikir, dan strategi baru pun digelar. Dibawah pimpinan Raja Louis XI, mereka mengehntikan peperangan. Uniknya, mereka mulai mengirimkan putera-putera terbaiknya ke kota Mekkah untuk belajar Islam. Dengan semangat Perang Salibnya, sampailah para pembelajar Islam dari kaum Salib ini pada tingkat ahli dalam berbagai bidang ilmu keislaman. Tafsir dikuasai, hadis dimengerti , segala macam tektek bengek khazanah ilmu Islam mereka pelajari. Setelah sampai tahap ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali ke Eropa, dan kemudian membentuk semacam Research and Development (R & D) untuk menyusun bagaimana dan apa kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai.

Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam memang luar biasa, sampai dalam sejarah dikisahkan ada seorang pembelajar Islam dari kaum Salib yang rela meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke negeri-negeri Islam satu per satu untuk mencari apa kelemahan dari negeri-negeri Islam ini. Begitu kuat semangatnya, hampir selama 15 tahun ia tinggalkan anak istrinya. Gelora semangat ini, nampaknya tiada lain karena kebencian mereka kepada Islam.

Bertambahnya pengetahuan kaum Salib tentang Islam, menjadikan mereka lebih memahami menghadapi umat Islam. Dimulailah suatu era baru dalam strategi memenangkan peperangan melawan umat Islam. Itulah Ghazwul Fikri. Hal ini dilatari dari pernyataan mereka sendiri bahwa, "Percuma kita berperang dengan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada agamanya. Jika mereka (umat Islam) komitmen pada agamanya kuat, maka inilah kerugian bagi kita (dunia barat). Tugas kita adalah menjauhkan umat Islam dari agamanya. Barulah kita mudah mengalahkan mereka..."
Jadi, suatu yang percuma memerangi umat Islam ketika umat Islam itu komitmen pada ajaran agamanya. Bahkan Gleed Stones, mantan perdana menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, "Percuma kita memerang umat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam ini bertengger Al Qur'an. Tugas kita sekarang ini adalah mencabut Al Qur'an di hati-hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka".

Kaum Salib pun beranggapan bahwa peperangan dengan Umat Islam itu tidak ada mamfaatnya dan mereka bisa membuktikan hal itu. Chechnya, misalanya, sebuah negeri kecil mungil, dan berada di sebuah negara yang besar sekelas Rusia, tapi sampai sekarang Rusia belum bisa menaklukannya. Uni Sovyet yang begitu besar, mengangkangi Afghanistan yang 80% masyarakatnya buta hurup, juga tidak berdaya. Disinilah mereka berpikir untuk melancarkan strategi baru, yaitu "Perang Pemikiran" atau lebih tepat lagi "Perang Peradaban".
  
Perang intelektual dan kebudayaan ini dimaksudkan untuk mencapai target – target berikut :

1. Merusak akhlak
Dalam kongres misionaris tahun 1930-an, Zweimmer, seorang Yahudi pemuka kaum Zending mengatakan di hadapan para peserta bahwa tugas misionaris yang sebenarnya adalah menjauhkan kaum muslimin dari agamanya sehingga akan lahir generasi yang tidak memiliki hubungan dengan Al Khaliq. Ketika orang tidak punya hubungan dengan Al Khaliq, pada saat itulah dia mengalami kebobrokan moral.

2. Menghancurkan fikrah (Visi)
Aqidah yang lemah menyebabkan mereka tidak lagi berpegang teguh pada nilai – nilai moral dan sifat utama. Pada saat itu visi dan idealisme dalam perjuangan menjadi hancur berantakan. Kaum Kuffar menyebarkan syuhbat sekitar Islam, Allah, Rasul, Al Qur’an, dan syariat. Akibatnya kaum muslimin meragukan kebenaran agamanya sendiri.

3. Melarutkan kepribadian
Akibat dari semua itu lahirlah generasi muslim yang tidak berkepribadian. Mereka tidak percaya diri untuk menampakkan identitas keislaman. Nama, mode pakaian, bahasa, gaya hidup, pola pikir, semuanya mereka ganti dengan kebudayaan impor dari barat. Sebagian tokoh mereka mengatakan apabila ingin maju kita harus berkiblat pada barat. Era westernisasi dimulai.

4. Pemurtadan
Pada kondisi yang lebih parah bukan hanya kebudayaan dan pemikiran yang mereka ganti, bahkan karena kehilangan identitas sebagai seorang muslim akhirnya aqidah mereka pun mereka tukar dengan ideologi barat. (mau menukar surga dengan neraka ????????????)

5. Loyalitas kepada kaum kuffar
Akhirnya tidak perlu lagi mengerahkan tentara dan persenjataan. Dengan suka cita kaum muslimin akan mengekor dan bersujud di kaki mereka, bahkan meng-Amin-kan perbuatan kaum kuffar yang zhalim kepada kaum muslimin yang lain.

Sarana Ghazwul Fikri:

1. Musuh-musuh Islam
·         Atheis, Yahudi (QS. 5:82 )
·         Musyrikun (QS.9:36 )
·         Nasrani (QS. 2:120 )
·         Munafikun (QS. 63:4 )
2. Mustakbirun (Orang-orang yang sombong) (QS. 34:31 ,32 ,34 , 2:166 )
3. Mereka menggunakan berbagai sarana (QS.17:64 ):
  • Penerangan
  • Pendidikan /pengajaran
  • Media cetak
  • Hiburan
  • Klub-klub
  • Olahraga
  • Yayasan,dll.
4. Terhadap orang yang lemah (QS. 34:33 , 2:167 )
5. Orang-orang yang murtad (QS. 2:109 , 3:100 , 3:149 , 47:25 -26 )

Bahaya Ghazwul Fikri

1. Bahaya ghazwul fikri:
  • Tertipu (QS. 35:6 )
  • Cenderung pada orang kafir(QS. 11:13 )
  • Mencintai orang kafir (QS. 3:118 )
  • Menaati orang kafir (QS. 47:26 )
  • Mengikuti tatacara hidup mereka (QS. 2:120 )
  • Menyerupai perilaku dan penampilan mereka (QS. 5:51 )
  • Memberikan loyalitas kepada mereka (QS. 5:51 )

2. Akibatnya:
  • Kehinaan
  • Mudah dikendalikan
  • Mendapat laknat dan cobaan Allah
  • Terjatuh dalam syirik
  • Allah berlepas diri darinya
  • Murtad dan azab
  • Timbullah kehidupan jahiliyah

Adapun sebab-sebab kejahiliyahan, antara lain :

Bentuk sikap jahil terhadap kebenaran :
  •  Persangkaan jahiliyah (QS. 48:6 , 3:154 )
  • Hukum jahiliyah (QS. 5:51 , 4:60 )
  • Ibadah /pengabdian jahiliyah (QS.39:64 )
  • Kebanggan jahiliyah (QS.48:26 )
  • Tradisi jahiliyah (QS. 28:55 , 25:63 )
  • Tingkahlaku /perhiasan jahiliyah (QS. 33:33 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar